Sabtu, 01 Juni 2013

KEPEMIMPINAN DI DALAM ARISAN RUKUN TETANGGA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyusun makalah ini. Hanya dengan seijin-NYA juga makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam kemuliaan kami haturkan kepada junjungan dan panutan kami Rosulullah SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin,.
Saya menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini adalah atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga tiada berlebihan kiranya apabila dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu saya demi terselesaikannya makalah ini. Semoga Allah membalas segala amal kebaikan semua pihak yang telah bekerjasama dalam menyusun makalah ini.
Saya menyadari dengan segala keterbatasan sebagai insan biasa, makalah ini jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

                                                                                                                                  Penyusun












DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................x

Kata Pengantar ...............................................................................................xii

Daftar Isi ........................................................................................................xi

BAB I
:
PENDAHULUAN



1.1            Latar Belakang Masalah ……………………...........……......……1



1.2            Perumusan Masalah………………………............……….....…...2



1.3            Tujuan ................……………………………….................…….2

BAB II
:
LANDASAN TEORI……………………………..............…….........3

BAB III
:
IMPLIKASI TEORI ....…………...………………...........................8

BAB IV
:
PENUTUP



5.1            Kesimpulan ...........................................................................10



5.2            Saran ....................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................11









BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Di era globalisasi sekarang ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai karakter yang cerdas, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status ekonomi mereka.
Kepemimpinan di Indonesia mengalami pasang surut dan kurang ketegasan. Banyak di antara pemimpin-pemimpin kita yang membuktikan dirinya mampu mengatur dan mengontrol negara ini, akan tetapi banyak juga di antara mereka yang gagal dalam menjalankan tugasnya.
Dalam kepemimpinan, kelompok-kelompok sebenarnya dapat bekerja tanpa adanya pemimpin yang resmi, dan tugas-tugas kepemimpinan itu dapat dilakukan juga oleh anggota-anggota lainnya dalam kelompok. Dalam kepemimpinan, kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dan pada kemampuan anggota lain makin bertambah karena masing-masing sudah saling mengenal dalam tugas dan kewajibannya yang serupa, yaitu dalam memimpin.
Kepercayaan akan kemampuan diri dan anggota lainnya merupakan suatu ciri yang khas dari kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan berhasil baik. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktifitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotifasi, dan mengkoordinasi.



B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana bentuk kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
2.    Bagaimana model-model kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
3.    Apa saja tugas-tugas pemimipin dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
4.    Bagaimana sumber-sumber kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
5.    Bagaimana sifat-sifat pemimpin dalam suatu arisan Rukun Tetangga?

C. TUJUAN
1.    Untuk mengetahui bentuk kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
2.    Untuk mengetahui model-model kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
3.    Untuk mengetahui tugas-tugas pemimipin dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
4.    Untuk mengetahui sumber-sumber kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
5.    Untuk mengetahui sifat-sifat pemimpin dalam suatu arisan Rukun Tetangga.












BAB II
LANDASAN TEORI

Kata pemimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukan ataupun mempengaruhi. Kepemimpinan juga bisa diartikan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujan bersama.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi dari pihak yang memimpin dengan pihak yang memimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, memotifasi, dan mengkoordinasi.
Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seseorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotannya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.

A.  BENTUK-BENTUK KEPEMIMPINAN
1.    Authoritorian (otoriter)
Dalam bentuk kepemimpinan ini keputusan sepenuhnya dipegang oleh atasan. Setiap langkah dalam aktifitas dan penentuan teknisnya diberikan oleh atasan satu per satu setiap saat, sehingga langkah-langkah yang diambil kemudian hari selalu merugikan bawahannya. Atasan menentukan tugas tertentu dan kawan kerja tertentu bagi setiap bawahan. Atasan cenderung melibatkan pribadi dalam membagikan pujian atau kritik kepada bawahan. Kurang bersedia berpartisipasi secara aktif  dalam kegiatan kelompok bawahan.
2.    Democratic (demokratis)
Dalam bentuk kepemimpinan ini semua kebijaksanaan dibicarakan dan diputuskan melalui pembicaraan dengan bawahan. Aktifitas yang akan dilakukan didiskusikan dalam kelompok. Tahapan umum untuk mencapai sasaran kelompok sudah dapat dilihat sejak awal. Anggota bebas untuk menentukan tugas dan kawan yang cocok baginya dalam bekerja. Atasan bertindak objektif pada saat dia memberikan pujian atau kritik terhadap bawahannnya.
3.    Laissez faire
Dalam bentuk kepemimpinan ini pemimpin menjalankan peranan yang pasif sebagai seseoraang yang hanya monoton. Bawahan mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan-keputusan. Atasan hanya memberikan pendapat kalau diminta. Atasan sama sekali tidak turut berpartisipasi dengan kegiatan bawahan. Tidak ada usaha untuk memuji atau mengkritik bawahan.
Dari bentuk-bentuk kepemimpinan tersebut dalam arisan rukun tetangga digunakan bentuk kepemimpinan yang demokratis karena semua kebijakan dibicarakan dan diputuskan dengan musyawarah antara ketua dan anggota dalam arisan tersebut.

B.  MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN
a. Model watak kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, suatu sosial ekonom mereka dan lain-lain.
b. Model kepemimpinan situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variable penentu kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situai atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
c. Model pemimpin yang efektif (Model of Effective Leaders)
Model kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (type of behaviors) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure ) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini berkaitan dengan usaha para pemimipin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahannya seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi.
d. Model Kepemimpinan kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variable-variable situasional.

e. Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.

C.  TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
Tugas pertama seorang pemimipin adalah memberikan struktur yang jeles tentang situasi-situasi rumit yang dihadapi oleh kelompok. Situasi yang sulit adalah situasi yang di dalamnya terdapat hal-hal yang kurang jelas. Apabila para anggota menerima interp-retasi pemimipinnya mengenai situasi yang sulit itu, ia akan mempunyai suatu pedoman yang tegas berlaku untuk semua anggotanya, dan yang membantunya dalam hal menentukan tindakan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi situasi tersebut.
Apabila terjadi konflik di antara anggota-anggota kelompokpun, dengan demikian dihadapi kesulitan yang berdasarkan pandangan individual yang berbeda di antara para anggotanya. Pemimpin harus dapat menyelesaikan persoalan konflik dengan berpegang pada latar belekang pedoman bersama tadi.
Tugas kedua mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok. Seorang pemimpin harus berupaya untuk menepati peraturan-peraturan yang sudh di buat oleh kelompok. Ia pun membuat peraturan-peraturan sendiri untuk dapat menyalurkan aktifitas anggota kelompok sehingga selaras dengan peraturan kelompok. Dalam mengawasi kegiatan tingkah laku kelompok, ia seharusnya menjaga agar peraturan-peraturan kelompok tidak disalahgunakan oleh individu, tetapi sebaliknya ia juga harus berjaga-jaga agar individu tidak disalahgunakan oleh kelompok.
Tugas ketiga ia harus menjadi juru bicara untuk kelompoknya. Ia harus menafsirkan sendiri di mana letak kebutuhan-kebutuhan kelompok secara tepat. Inilah garis-garis besar tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin seperti yang dikemukakan oleh kaum dinamika kelompok, dan merupakan anjuran-anjuran yang sesuai dengan kepemimpinan yang bercorak group centered leadership, suatu cara kepemimpinan yang bersifat demokratis.

D.  SUMBER-SUMBER KEPEMIMPINAN
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpinan yang kita laksanakan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status hak dan untuk mendapatkan fasilitas, uang, barang akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan orang yang dipimpinnya.
Faktor-faktor yang berasal dari kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.
Kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi tentang kepemimpinan pada periode awal inin, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinannya, membuat para ahli peneliti untuk mencari faktor-faktor lain, misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut. Empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi, karakteristik tugas atau peran dan karakteristik bawahan.

E.  SIFAT-SIFAT PEMIMPIN
Sifat-sifat pemimpin yang menyebabkan ia dipilih sebagai pemimpin oleh suatu kelompok sangat berhubungan erat dengan tujuan-tujuan kegiatan kelompok itu, jenis-jenis kegiatan yang harus dipimpin, ciri-ciri anggota kelompok, dan dengan kondisi-kondisi yang terdapat di lingkungan hidup disekitar kelompok tersebut.
Ciri-ciri umum agar interaksi kelompok dapat berlangsung dengan agak lancar dan produktif berhubungan erat dengan tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin. Setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu persepsi sosial, kemampuan berpikir abstrak, dan kestabilan emosi.






BAB III
IMPLIKASI TEORI

Di daerah Kelurahan Wergu Kulon Kecamatan Kota Kabupaten Kudus terdapat sebuah lembaga sosial yakni arisan Rukun Tetangga. Di dalamnya terdapat struktur oraganisasi yang disusun secara rapi. Dalam organisasi ini memiliki struktur kepemimpinan yang sangat apik sehingga organisasi ini tetap bertahan sampai sekarang.
Bentuk kepemimpinan di sini adalah demokrasi. Di sini pemimpin mengikutsertakan anggota kelompok dalam memecahkan persoalan-persoalan. Anggota di beri kesempatan untuk mengutarakan sran, ide, pendapat , maupun kritik. Anggota di beri kesempatan untuk menyampaikan aspirasi dan suara mereka. Kemudian aspirasi-aspirasi yang ditampung itu, di olah agar dapat menjadi kesepakatan bersama.
Dalam kehidupan masyarakat biasanya memilih aeorang pemimpin dengan segala suatu pertimbangan. Aspek-aspek yang dilihat biasanya adalah aspek karisma, tradisional, dan rasional. Sedangkan masyarakat di sini memilih seorang pemimpin dengan pertimbangan aspek kharismatik, yakni pemompin yang ditandai dengan penampilan seorang tokoh yang memiliki kharisma yaitu semacam daya tertentu yang memberi pesona kepada madsyarakat, sehingga masyarakat mengakuinya sebagai pemimpin. Di sini para warga masyarakat memilih Ibu Ida sebagai ketua arisan mereka karena Ibu Ida ini memiliki karisma tersendiri. Ibu Ida adalah seorang yang terpelajar karena pendidikannya sampai pada jenjang sarjana, beliau juga istri seorang dosen yang menjabat sebagai Ketua RT, beliau juga cakap berbicara dan mempunyai intelek yang tinggi. Oleh karena itu masyarakat percaya akan Ibu Ida ini.
Ibu Ida menyadari akan tanggung jawabnya sebagai ketua, oleh karena itu beliau membagi tugas kepada anggota-anggota arisan yang lain. Maka disusunlah struktur organisasi dalam arisan tersebut. Balum lagi saat terjadi konflik atau perpedaan pendapat antar anggota, Ibu Ida ini harus dapat menengahi dan memberi solusi dan keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada, demi tercapainya tujuan bersama.
Ibu ida harus dapat menjembatani antara perbedaan karakteristik antara beliau dengan para anggotanya, maupun antar sesama anggota arisan. Dalam kegiatan ini, peraturan berlaku di dalamnya. Ibu Ida dan anggota arisan yang lain harus menepati peraturan-peraturan yang sudah disepakati antara anggota arisan. Ibu Ida harus memantau aktifitas-aktifitas anggotanya agar tidak terjadi penyelewengan di dalamnya. Dengan menggunakan penghargaan dan hukuman di dalamnya.
Kekompakan kerja antara Ibu Ida ini dengan para anggotanya dapat di lihat langsung saat ada acara-acara tertentu, misalnya saat kunjungan sosial maupun saat peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Kekompakan mereka sangat seru di sini. Sebelum acara dimulai mereka mengadakan repat untuk membahas apa saja yang akan mereka lakukan dalam kunjungan sosial. Misalnya kunjungan sosial pada saat itu ke posyandu, maka Ibu Ida ini akan memberikan pengarahan0pengarahan tenteng imunisasi dan kain sebagainya.
Sedangkan pada saat peringatan HUT RI, mereka juga disibukkan dengan kegiatan yang beraneka ragam. Seperti misalnya, lomba-lomba dan kegiatan di dalam masyarakat. Ibu Ida harus mengkoordinir para anggotanya. Misalnya lomba kebersihan RT, beliau harus menentukan kapan acara kerja bakti itu akan di laksanakan. Dan belum lagi dengan perlombaan yang lain. Misalnya lomba tumpeng antar warga RT. Kesibukan Ibu Ida akan bertambah banyak, dari persiapan memasak sampai pada tumpeng itu sendiri di lombakan di balai desa. Beliau dan para anggota arisan yang lain harus mempersiapkan segala sesuatunya. Kadang dalam pemilihan penataan tumpeng pun terjadi perbedaan pendapat. Di sini Ibu Ida harus dapat memberikan solusi yang tepat dalam konflik ini, sehingga tidak terjadi diskriminasi antar anggota arisan. Beliau mengatasi perasaan yang tidak aman yang timbul pada anggota arisan ini dengan memberikan kepastian dalam situasi yang menimbulkan keraguan. Agar tercapai keharmonisan dan tercapainya tujuan bersama para anggota arisan.
Dan pada waktu yang telah ditentukan, tiba saatnya untuk mengumumkan juara lomba tumpeng. Dan pada saat yang mandebarkan itu tumpeng kelompok arisan yang di pimpin Ibu Ida lah pemenangnya. Dan juara lomba kebersihan mendapat juara dua. Hal ini tidak lepas dari bimbingan Ibu Ida. Ibu Ida telah menjalankan tugasnya dengan baik dan konsisten.



BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Ibu Ida mengajak anggota kelompok untuk menentukan bersama tujuan kelompok serta perencanaan langkah-langkah pekerjaan. Penentuan tersebut menggunakan cara musyawarah mufakat. Ibu Ida memberikan bantuan atau nasihat kepada anggota arisan dalam masalah yang dihadapi. Selain itu semua, Ibu Ida juga memberikan saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang di mana anggotanya dapat memilih sendiri mana yang terbaik. Ibu Ida memberikan penghargaan dan kritik secara objektif dan positif. Ibu Ida juga ikut dalam kegiatan kelompok. Beliau bertindak sebagai seorang kawan yang lebih berpengalaman dan turut serta dalam interaksi kelompok dengan peranan sebagai kawan yang lebih matang.

Saran
Keterbukaan antara satu anggota dengan anggota yang lainnya dan hal-hal ataupun konflik yang terjadi di dalam kegiatan arisan ini dapat di jadikan sebagai pelajaran dan pengalaman agar di kemudian hari kegiatan arisan ini akan lebih baik lagi. Dan dapat mencapai tujuan bersama yang di cita-citakan oleh semua anggota dari arisan ini.







Daftar Pustaka
Dr. W. A. Gerungan, dipl. Psych. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Reka Aditama