KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyusun makalah ini.
Hanya dengan seijin-NYA juga makalah
ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam kemuliaan
kami haturkan kepada junjungan dan panutan kami Rosulullah SAW,
keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin,.
Saya
menyadari bahwa terselesaikannya makalah
ini adalah atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
sehingga tiada berlebihan kiranya apabila dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu saya demi terselesaikannya makalah ini. Semoga Allah
membalas segala amal kebaikan semua pihak yang telah bekerjasama dalam menyusun
makalah ini.
Saya menyadari
dengan segala keterbatasan sebagai insan biasa, makalah ini
jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ................................................................................................x
|
|
|||
Kata Pengantar
...............................................................................................xii
|
|
|||
Daftar Isi ........................................................................................................xi
|
|
|||
BAB I
|
:
|
PENDAHULUAN
|
|
|
|
|
1.1
Latar Belakang
Masalah ……………………...........……......……1
|
|
|
|
|
1.2
Perumusan
Masalah………………………............……….....…...2
|
|
|
|
|
1.3
Tujuan ................……………………………….................…….2
|
|
|
BAB II
|
:
|
LANDASAN TEORI……………………………..............…….........3
|
|
|
BAB III
|
:
|
IMPLIKASI TEORI
....…………...………………...........................8
|
||
BAB IV
|
:
|
PENUTUP
|
|
|
|
|
5.1
Kesimpulan ...........................................................................10
|
|
|
|
|
5.2
Saran ....................................................................................10
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................11
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Di era
globalisasi sekarang ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai karakter
yang cerdas, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan
dalam bergaul, status ekonomi mereka.
Kepemimpinan di
Indonesia mengalami pasang surut dan kurang ketegasan. Banyak di antara
pemimpin-pemimpin kita yang membuktikan dirinya mampu mengatur dan mengontrol
negara ini, akan tetapi banyak juga di antara mereka yang gagal dalam
menjalankan tugasnya.
Dalam
kepemimpinan, kelompok-kelompok sebenarnya dapat bekerja tanpa adanya pemimpin
yang resmi, dan tugas-tugas kepemimpinan itu dapat dilakukan juga oleh
anggota-anggota lainnya dalam kelompok. Dalam kepemimpinan, kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri dan pada kemampuan anggota lain makin bertambah karena
masing-masing sudah saling mengenal dalam tugas dan kewajibannya yang serupa,
yaitu dalam memimpin.
Kepercayaan
akan kemampuan diri dan anggota lainnya merupakan suatu ciri yang khas dari
kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan berhasil baik. Pemimpin mempunyai
tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan
aktifitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah
dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Kepemimpinan
merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan
cara mempengaruhi, membujuk, memotifasi, dan mengkoordinasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
bentuk kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
2.
Bagaimana
model-model kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
3.
Apa
saja tugas-tugas pemimipin dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
4.
Bagaimana
sumber-sumber kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
5.
Bagaimana
sifat-sifat pemimpin dalam suatu arisan Rukun Tetangga?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui bentuk kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
2.
Untuk
mengetahui model-model kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
3.
Untuk
mengetahui tugas-tugas pemimipin dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
4.
Untuk
mengetahui sumber-sumber kepemimpinan dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
5.
Untuk
mengetahui sifat-sifat pemimpin dalam suatu arisan Rukun Tetangga.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kata pemimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukan ataupun mempengaruhi. Kepemimpinan juga bisa diartikan suatu proses
dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai
tujan bersama.
Dari uraian
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan
merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi dari pihak yang
memimpin dengan pihak yang memimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan
cara mempengaruhi, memotifasi, dan mengkoordinasi.
Dari sini
dapat dipahami bahwa tugas utama seseorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan
program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu
melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotannya atau masyarakatnya untuk
ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif
dalam usaha mencapai tujuan.
A. BENTUK-BENTUK
KEPEMIMPINAN
1.
Authoritorian
(otoriter)
Dalam bentuk
kepemimpinan ini keputusan sepenuhnya dipegang oleh atasan. Setiap langkah
dalam aktifitas dan penentuan teknisnya diberikan oleh atasan satu per satu
setiap saat, sehingga langkah-langkah yang diambil kemudian hari selalu
merugikan bawahannya. Atasan menentukan tugas tertentu dan kawan kerja tertentu
bagi setiap bawahan. Atasan cenderung melibatkan pribadi dalam membagikan
pujian atau kritik kepada bawahan. Kurang bersedia berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan kelompok bawahan.
2.
Democratic
(demokratis)
Dalam bentuk
kepemimpinan ini semua kebijaksanaan dibicarakan dan diputuskan melalui
pembicaraan dengan bawahan. Aktifitas yang akan dilakukan didiskusikan dalam
kelompok. Tahapan umum untuk mencapai sasaran kelompok sudah dapat dilihat
sejak awal. Anggota bebas untuk menentukan tugas dan kawan yang cocok baginya
dalam bekerja. Atasan bertindak objektif pada saat dia memberikan pujian atau
kritik terhadap bawahannnya.
3.
Laissez
faire
Dalam bentuk
kepemimpinan ini pemimpin menjalankan peranan yang pasif sebagai seseoraang
yang hanya monoton. Bawahan mempunyai kebebasan untuk mengambil
keputusan-keputusan. Atasan hanya memberikan pendapat kalau diminta. Atasan
sama sekali tidak turut berpartisipasi dengan kegiatan bawahan. Tidak ada usaha
untuk memuji atau mengkritik bawahan.
Dari bentuk-bentuk
kepemimpinan tersebut dalam arisan rukun tetangga digunakan bentuk kepemimpinan
yang demokratis karena semua kebijakan dibicarakan dan diputuskan dengan
musyawarah antara ketua dan anggota dalam arisan tersebut.
B. MODEL-MODEL
KEPEMIMPINAN
a. Model watak
kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya
studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, suatu
sosial ekonom mereka dan lain-lain.
b. Model
kepemimpinan situasional (Model of Situasional Leadership)
Model
kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan
fokus utama faktor situasi sebagai variable penentu kemampuan kepemimpinan.
Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik
situai atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin
berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Model
ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya
berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
c. Model
pemimpin yang efektif (Model of Effective Leaders)
Model
kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (type of
behaviors) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat
dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating
structure ) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan
menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun
interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai
sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka.
Dimensi ini berkaitan dengan usaha para pemimipin mencapai tujuan organisasi.
Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja
antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja
antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan
kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahannya seperti misalnya kebutuhan akan
pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka
dalam organisasi.
d. Model
Kepemimpinan kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya
pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan
variable-variable situasional.
e. Model Kepemimpinan Transformasional (Model of
Transformational Leadership)
Model kepemimpinan
transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi
kepemimpinan. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan
legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan
para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
C. TUGAS-TUGAS
PEMIMPIN
Tugas pertama
seorang pemimipin adalah memberikan struktur yang jeles tentang situasi-situasi
rumit yang dihadapi oleh kelompok. Situasi yang sulit adalah situasi yang di
dalamnya terdapat hal-hal yang kurang jelas. Apabila para anggota menerima
interp-retasi pemimipinnya mengenai situasi yang sulit itu, ia akan mempunyai
suatu pedoman yang tegas berlaku untuk semua anggotanya, dan yang membantunya
dalam hal menentukan tindakan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi situasi
tersebut.
Apabila
terjadi konflik di antara anggota-anggota kelompokpun, dengan demikian dihadapi
kesulitan yang berdasarkan pandangan individual yang berbeda di antara para
anggotanya. Pemimpin harus dapat menyelesaikan persoalan konflik dengan
berpegang pada latar belekang pedoman bersama tadi.
Tugas kedua
mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok. Seorang pemimpin harus
berupaya untuk menepati peraturan-peraturan yang sudh di buat oleh kelompok. Ia
pun membuat peraturan-peraturan sendiri untuk dapat menyalurkan aktifitas
anggota kelompok sehingga selaras dengan peraturan kelompok. Dalam mengawasi
kegiatan tingkah laku kelompok, ia seharusnya menjaga agar peraturan-peraturan
kelompok tidak disalahgunakan oleh individu, tetapi sebaliknya ia juga harus
berjaga-jaga agar individu tidak disalahgunakan oleh kelompok.
Tugas ketiga
ia harus menjadi juru bicara untuk kelompoknya. Ia harus menafsirkan sendiri di
mana letak kebutuhan-kebutuhan kelompok secara tepat. Inilah garis-garis besar
tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin seperti yang dikemukakan oleh kaum
dinamika kelompok, dan merupakan anjuran-anjuran yang sesuai dengan
kepemimpinan yang bercorak group centered leadership, suatu cara kepemimpinan
yang bersifat demokratis.
D. SUMBER-SUMBER
KEPEMIMPINAN
Dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan
tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu
berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia, keadaan
kelompok dan situasi waktu kepemimpinan yang kita laksanakan. Orang yang
memandang kepemimpinan sebagai status hak dan untuk mendapatkan fasilitas,
uang, barang akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang
yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan orang yang
dipimpinnya.
Faktor-faktor
yang berasal dari kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah
pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang yang kita kejar dalam
kepemimpinan, cara kita menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki
dalam bidang kepemimpinan.
Kepemimpinan
didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para
pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi tentang
kepemimpinan pada periode awal inin, yang tidak berhasil meyakinkan adanya
hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinannya, membuat
para ahli peneliti untuk mencari faktor-faktor lain, misalnya faktor situasi,
yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara
pemimpin dan pengikut. Empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu
sifat struktural organisasi, karakteristik tugas atau peran dan karakteristik
bawahan.
E. SIFAT-SIFAT
PEMIMPIN
Sifat-sifat
pemimpin yang menyebabkan ia dipilih sebagai pemimpin oleh suatu kelompok
sangat berhubungan erat dengan tujuan-tujuan kegiatan kelompok itu, jenis-jenis
kegiatan yang harus dipimpin, ciri-ciri anggota kelompok, dan dengan
kondisi-kondisi yang terdapat di lingkungan hidup disekitar kelompok tersebut.
Ciri-ciri umum
agar interaksi kelompok dapat berlangsung dengan agak lancar dan produktif
berhubungan erat dengan tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin. Setiap
pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu persepsi sosial,
kemampuan berpikir abstrak, dan kestabilan emosi.
BAB III
IMPLIKASI TEORI
Di daerah
Kelurahan Wergu Kulon Kecamatan Kota Kabupaten Kudus terdapat sebuah lembaga
sosial yakni arisan Rukun Tetangga. Di dalamnya terdapat struktur oraganisasi
yang disusun secara rapi. Dalam organisasi ini memiliki struktur kepemimpinan
yang sangat apik sehingga organisasi ini tetap bertahan sampai sekarang.
Bentuk
kepemimpinan di sini adalah demokrasi. Di sini pemimpin mengikutsertakan
anggota kelompok dalam memecahkan persoalan-persoalan. Anggota di beri
kesempatan untuk mengutarakan sran, ide, pendapat , maupun kritik. Anggota di
beri kesempatan untuk menyampaikan aspirasi dan suara mereka. Kemudian
aspirasi-aspirasi yang ditampung itu, di olah agar dapat menjadi kesepakatan
bersama.
Dalam
kehidupan masyarakat biasanya memilih aeorang pemimpin dengan segala suatu
pertimbangan. Aspek-aspek yang dilihat biasanya adalah aspek karisma,
tradisional, dan rasional. Sedangkan masyarakat di sini memilih seorang
pemimpin dengan pertimbangan aspek kharismatik, yakni pemompin yang ditandai
dengan penampilan seorang tokoh yang memiliki kharisma yaitu semacam daya
tertentu yang memberi pesona kepada madsyarakat, sehingga masyarakat
mengakuinya sebagai pemimpin. Di sini para warga masyarakat memilih Ibu Ida
sebagai ketua arisan mereka karena Ibu Ida ini memiliki karisma tersendiri. Ibu
Ida adalah seorang yang terpelajar karena pendidikannya sampai pada jenjang
sarjana, beliau juga istri seorang dosen yang menjabat sebagai Ketua RT, beliau
juga cakap berbicara dan mempunyai intelek yang tinggi. Oleh karena itu masyarakat
percaya akan Ibu Ida ini.
Ibu Ida
menyadari akan tanggung jawabnya sebagai ketua, oleh karena itu beliau membagi
tugas kepada anggota-anggota arisan yang lain. Maka disusunlah struktur
organisasi dalam arisan tersebut. Balum lagi saat terjadi konflik atau
perpedaan pendapat antar anggota, Ibu Ida ini harus dapat menengahi dan memberi
solusi dan keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada, demi
tercapainya tujuan bersama.
Ibu ida harus
dapat menjembatani antara perbedaan karakteristik antara beliau dengan para
anggotanya, maupun antar sesama anggota arisan. Dalam kegiatan ini, peraturan
berlaku di dalamnya. Ibu Ida dan anggota arisan yang lain harus menepati
peraturan-peraturan yang sudah disepakati antara anggota arisan. Ibu Ida harus
memantau aktifitas-aktifitas anggotanya agar tidak terjadi penyelewengan di
dalamnya. Dengan menggunakan penghargaan dan hukuman di dalamnya.
Kekompakan
kerja antara Ibu Ida ini dengan para anggotanya dapat di lihat langsung saat
ada acara-acara tertentu, misalnya saat kunjungan sosial maupun saat peringatan
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Kekompakan mereka sangat seru di sini. Sebelum
acara dimulai mereka mengadakan repat untuk membahas apa saja yang akan mereka
lakukan dalam kunjungan sosial. Misalnya kunjungan sosial pada saat itu ke
posyandu, maka Ibu Ida ini akan memberikan pengarahan0pengarahan tenteng
imunisasi dan kain sebagainya.
Sedangkan pada
saat peringatan HUT RI, mereka juga disibukkan dengan kegiatan yang beraneka
ragam. Seperti misalnya, lomba-lomba dan kegiatan di dalam masyarakat. Ibu Ida
harus mengkoordinir para anggotanya. Misalnya lomba kebersihan RT, beliau harus
menentukan kapan acara kerja bakti itu akan di laksanakan. Dan belum lagi
dengan perlombaan yang lain. Misalnya lomba tumpeng antar warga RT. Kesibukan
Ibu Ida akan bertambah banyak, dari persiapan memasak sampai pada tumpeng itu
sendiri di lombakan di balai desa. Beliau dan para anggota arisan yang lain
harus mempersiapkan segala sesuatunya. Kadang dalam pemilihan penataan tumpeng
pun terjadi perbedaan pendapat. Di sini Ibu Ida harus dapat memberikan solusi
yang tepat dalam konflik ini, sehingga tidak terjadi diskriminasi antar anggota
arisan. Beliau mengatasi perasaan yang tidak aman yang timbul pada anggota
arisan ini dengan memberikan kepastian dalam situasi yang menimbulkan keraguan.
Agar tercapai keharmonisan dan tercapainya tujuan bersama para anggota arisan.
Dan pada waktu
yang telah ditentukan, tiba saatnya untuk mengumumkan juara lomba tumpeng. Dan
pada saat yang mandebarkan itu tumpeng kelompok arisan yang di pimpin Ibu Ida
lah pemenangnya. Dan juara lomba kebersihan mendapat juara dua. Hal ini tidak
lepas dari bimbingan Ibu Ida. Ibu Ida telah menjalankan tugasnya dengan baik
dan konsisten.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ibu Ida
mengajak anggota kelompok untuk menentukan bersama tujuan kelompok serta
perencanaan langkah-langkah pekerjaan. Penentuan tersebut menggunakan cara
musyawarah mufakat. Ibu Ida memberikan bantuan atau nasihat kepada anggota
arisan dalam masalah yang dihadapi. Selain itu semua, Ibu Ida juga memberikan
saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pelaksanaan pekerjaan yang di mana
anggotanya dapat memilih sendiri mana yang terbaik. Ibu Ida memberikan
penghargaan dan kritik secara objektif dan positif. Ibu Ida juga ikut dalam
kegiatan kelompok. Beliau bertindak sebagai seorang kawan yang lebih
berpengalaman dan turut serta dalam interaksi kelompok dengan peranan sebagai
kawan yang lebih matang.
Saran
Keterbukaan
antara satu anggota dengan anggota yang lainnya dan hal-hal ataupun konflik
yang terjadi di dalam kegiatan arisan ini dapat di jadikan sebagai pelajaran
dan pengalaman agar di kemudian hari kegiatan arisan ini akan lebih baik lagi.
Dan dapat mencapai tujuan bersama yang di cita-citakan oleh semua anggota dari
arisan ini.
Daftar Pustaka
Dr. W. A.
Gerungan, dipl. Psych. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Reka Aditama